Misteri Lukisan Prabu Siliwangi

Misteri Lukisan 
Prabu Siliwangi



BERKUNJUNG ke Kota Cirebon, serasa kurang lengkap jika belum mengunjungi Keraton Kasepuhan (dulu keraton Pakungwati). Banyak hal unik dan baru yang bisa Anda rasakan.

Di Keraton Kasepuhan ini, Anda bisa menyaksikan dari dekat istana tempat tinggal para raja Kasultanan Cirebon dari dulu hingga sekarang. Kondisinya lumayan terawat, namun di beberapa tempat masih banyak lokasi yang tak terurus atau sengaja tidak diurus.


Suasana sejuk dengan banyaknya pepohonan besar membuat Anda dan pengunjung lainnya merasa sejuk. Sementara cuaca Kota Cirebon sendiri terasa sangat panas dengan terik matahari yang menyengat.


Di dalam keraton, Anda bisa mengunjungi beberapa bagian keraton, seperti Dalem Agung Pakungwati, museum kereta Singa Barong, museum benda kuno, Bangsal Keraton, istana Pakungwati jaman dulu, sumur kejayaan, serta patilasan Pangan Cakrabuana (Sunan Gunung Jati).

Namun dari sekian tempat, museum kereta Singa Barong adalah tempat yang lumayan menarik pengunjung. Bukan karena bangunannya, tetapi karena banyaknya koleksi milik keraton tersimpan rapi disana. Bahkan yang paling menarik perhatian pengunjung adalah lukisan 3 dimensi Prabu Siliwangi.


Lukisan berukuran 1,5 x 1 meter ini sangat menarik dan istimewa sehingga mencolok dari koleksi lainnya. Lukisan yang didomimasi warna coklat keemasan dan putih ini bergambar Prabu Siliwangi dengan Harimau lorengnya. Lukisan ini masih menjadi misteri, pasalnya barang siapa yang menyaksikan lukisan ini pasti merasa aneh dan terkesemia.

Menurut salah seorang pejaga museum, ini adalah lukisan Prabu Siliwangi, kakek dari P. Cakrabuana pendiri Cirebon. Lukisan ini di lukis oleh seorang pelukis asal Garut bernama Santang, sekitar tahun 2008 lalu. Lukisan Prabu Siliwangi ini di buat berdasarkan mimpi sang pelukis, yang mengaku mendapatkan wangsit untuk melukis Sang Prabu dan memberikannya secara gratis kepada Keraton Kasepuhan.

Keunikan dari lukisan ini, Kemana pun kita bergerak mata Sang Prabu dalam lukisan tersebut seperti mengikuti kita. Tidak hanya itu, ibu jari kaki sang Prabu pun selalu mengikuti gerak gerik kita kemana pun. Jika kita melihat lukisan ini dari arah kiri, mata dan ujung jari kaki Prabu Siliwangi terlihat menghadap ke kiri (ke arah kita). Namun kalau kita bergeser ke arah kanan lukisan, mata dan ujung jari kaki itu pun terlihat menghadap ke kanan (seolah-olah mengikuti kita).

Bahkan apabila kita melihat persis didepan lukisan, gambar Sang Prabu Siliwangi terlihat gendut (chabi). Namun ketika menyaksikannya dari pinggir kiri atau kanan lukisan, maka gambar sang Prabu terlihat tinggi semampai. Berdiri tegap dan nampak sangat gagah. Terlebih didampingi harimau Lodaya.

Lukisan semacam ini juga terdapat di Keraton Yogyakarta, hasil karya Raden Saleh, pelukis legendaris Indonesia. Saya tidak tahu siapa pelukis yang membuat lukisan Prabu Siliwangi di Cirebon ini. Tapi kalau melihat garis-garis lukisannya, pelukis Prabu Siliwangi ini masih beberapa tingkat di bawah Raden Saleh.

Karena keunikan tersebutlah banyak pengunjung yang tertarik melihatnya berlama-lama. Bahkan tidak sedikit para pelukis yang membuat lukisan tiruannya, karena mereka menilai lukisan Prabu Siliwangi tersebut sebagai lukisan antik. Tapi tidak sedikit pula pengunjung yang menganggap hal ini sebagai sesuatu yang biasa, bahkan sebagai sugesti saja.

Keberadaan lukisan tersebut ternyata berdampak positif bagi pengunjung, karena dengan adanya lukisan tersebut, mendorong para pemandu untuk bercerita tentang Prabu Siliwangi dan hubungannya dengan sejarah Cirebon, sehingga memberikan pengetahuan sejarah tambahan bagi para pengunjung Keraton Kasepuhan.

Keraton Kasepuhan adalah keraton termegah dan paling terawat di Cirebon. Makna di setiap sudut arsitektur keraton ini pun terkenal paling bersejarah. Halaman depan keraton ini dikelilingi tembok bata merah dan terdapat pendopo didalamnya.

Keraton ini memiliki museum yang cukup lengkap dan berisi benda pusaka dan lukisan koleksi kerajaan. Salah satu koleksi yang dikeramatkan yaitu kereta Singa Barong. Kereta ini saat ini tidak lagi dipergunakan dan hanya dikeluarkan pada tiap 1 Syawal untuk dimandikan.

Bagian dalam keraton ini terdiri dari bangunan utama yang berwarna putih. Didalamnya terdapat ruang tamu, ruang tidur dan singgasana raja.

Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1529 oleh Pangeran Mas Mochammad Arifin II yang menggantikan tahta dari Sunan Gunung Jati pada tahun 1506. Ia bersemayam di Dalem Agung Pakungwati, Cirebon. Keraton Kasepuhan dulunya bernama Keraton Pakungwati, sedangkan Pangeran Mas Mochammad Arifin bergelar Panembahan Pakungwati I. Sebutan Pakungwati berasal dari nama Ratu Dewi Pakungwati binti Pangeran Cakrabuana.

yang menikah dengan Sunan Gunung Jati. Ia wafat pada tahun 1549 dalam Mesjid Agung Sang Cipta Rasa dalam usia yang sangat tua. Nama beliau diabadikan dan dimuliakan oleh nasab Sunan Gunung Jati sebagai nama Keraton yaitu Keraton Pakungwati yang sekarang bernama Keraton Kasepuhan.

Di depan Keraton Kesepuhan terdapat alun-alun yang pada waktu zaman dahulu bernama Alun-alun Sangkala Buana yang merupakan tempat latihan keprajuritan yang diadakan pada hari Sabtu atau istilahnya pada waktu itu adalah Saptonan. Dan di alun-alun inilah dahulunya dilaksanakan berbagai macam hukuman terhadap setiap rakyat yang melanggar peraturan seperti hukuman cambuk. Di sebelah barat Keraton kasepuhan terdapat Masjid yang cukup megah hasil karya dari para wali yaitu Masjid Agung Sang Cipta Rasa.

Sedangkan di sebelah timur alun-alun dahulunya adalah tempat perekonomian yaitu pasar -- sekarang adalah pasar kesepuhan yang sangat terkenal dengan pocinya. Model bentuk Keraton yang menghadap utara dengan bangunan Masjid di sebelah barat dan pasar di sebelah timur dan alun-alun ditengahnya merupakan model-model Keraton pada zamannya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar