FESTIVAL BUDAYA MASYARAKAT ADAT PASUNDAN (BOTS)


DIALOG KEARIFAN LOKAL
DALAM RANGKA FESTIVAL BUDAYA MASYARAKAT ADAT TATAR SUNDA
28 MEI-2 JUNI 2012


Petikan wawancara Bapak Drs. H. Eka Santosa dengan Yayasan Kesadaran Umat Madani


FESTIVAL BUDAYA MASYARAKAT ADAT TATAR SUNDA
28 MEI-2 JUNI 2012

Dewan Musyawarah Kasepuhan Masyarakat Adat Sunda (DMKMAS) atau Baresan Olot Tatar Sunda (BOTS), yang berdiri sejak 20 mei 2010 di paseban kuningan , dalam kiprahnya selama ini telah memperkenalkan kembali keberadaan masyarakat adat Tatar Sunda( termasuk Banten) di kancah Nasional . keberadaan. Keberadaan masyarakat adat ini patut disadari, ia adalah akar identitas bangsa, khusunya dalam konteks kaitan NKRI.
Secara umum dalam dua tahun BOTS berkiprah, bisa dikatakan sebagai masa “awal” dari perjuangan kembali hak-hak dasar masyarakat adat. Perjuangan itu meliputi  upaya preservasi dan eksistensi, pemberdayaan sosial-Ekonomi,serta advokasi atas hak sipil dan ulayat masyarakat adat.
Disela perjuangan ini, para olot (14 tetua kampng adat) merasa perlu bahwa pada 28 Mei -2 juni 2012 dihelat “pekan tontonan dan tuntunan “(Pinton Ajen karancagean- Festival Budaya Masyarakat Adat Tatar Suda). “Setidaknya ruh kami kumpul kembali. Orang yang sudah banyak lupa pada tuntunan nilai kehidupan seperti awi poho kasalumpit,kawung poho kacaruluk,cai poho kana tampian (bak kacang lupa kulitnya ). Ini penting buat kami”. Papar jajang sanaga (40), Perwakilan kampong Adat Sanaga, salawu tasik Malaya.
Menurut Eka Santosa, Sekjen (Duta Sawala) BOTS, “yang memintonkan seni budaya dan tata nilai masyarakat adat yang selama ini  dianggap hilang dari tatanan kehidupan kita adalah para olot dan warga kampung adatnya masing-masing. Pada perhelatan ini, kami hanya memfasilitasinya”. Menariknya, atas inisiatif para olot yang berbasis kasapukan (sepakat), para olot kembali akan menganugerahkan gelar kepada para tokoh Indonesia yang telah menunjukan komitmen luar biasa dibidang: Kemanusiaan,seni dan budaya,dll.
Seluruh komponen masyarakat yang tergabung di BOTS, selama pinton ajen karancagean ini akan berperan aktif, mewarnai 90%  isi acara ini (lihat brosur/pamphlet). “ kami lakukan ini secara sukarela. Setelah bergabung dengan BOTS, terasa  benar kegunaannya. Keberadaan kami makin di akui, walau belum sepenuhnya pulih. Tugas perjuangan generasi muda dari masyarakat adat, kini semakin jelas “. Tutur bah Iin (70), olot kampong adat cikondang,pangalengan kabupaten bandung.
“saya mah banyak tidak mengerti awalnya waktu pertama bergabung dengan BOTS. Tetapi setelah kampong adat kami terbakar tahun lalu. Pemulihannya, cukup cepat. Kini kami sudah punya kampong adat baru lagi”, tutur bah Uluk Lukman (60),olot kampung adat Dukuh,Garut.
Kembali kesuasana Festival Budaya Masyarakat Adat Tatar Sunda (FBMATS)   di alam santosa pasir impug Bandung yang keseluruhannya di gelar di area konservasi alam dan budaya seluas 4 ha, pengunjung seakan di bawa kemasa lalu. “Thema-nya memang nyoreang alam ka tukang nyawang alam anu bakal datang”. Tambah Eka Santosoa. Pengunjung disuguhi sebuah suasana kegotongroyongan masyarakat adat mulai dari adanya ubrug (dapur umum), balandongan,ragam hias tradisional,aneka kaulinan lembur, produk kuliner jaman baheula yang non artificial,jejeran tenda (saung) bambu beratapkan tepus dan jurai berkontruksi badak heuay atau tagog anjingyang di bangun tanpa paku. Di berbagai penjuru disimpan aneka hasil bumi ala pesta (seren taun) tempo doeloe di perkampungan kita, aneka jampana,pun ada ratusan lesung yang sebagian akan digunakan untuk festival gondang disini. Praktis, kegotongroyongan yang selama ini mulai pudar dari masyarakat ada, akan tumbuh spontan di area alam santosa selama seminggu. “kita seperti tak berjarak seperti hidup di masa lalu dikampung kita”, papar Ny.Dedeh (42) penduduk kampung pasir impun asal garut selatan yang sudah bermukim di daerah ini selama 30 tahun lebih.

Kesaktian pancasila
Sesuatu hal yang khusus dalam pinton ajen karancagean kali ini, selain penganugrahan gelar, juga diwacanakan kearifan lokal dalam berbagi segi seperti herbal(pengobatan/KB), kuliner tradisional, arsitektur, cipta karsa (ekonomi kreatif), termasuk wacana rencana pembuatan perda perlindungan masyarakat adat . momen ini selain diramaikan oleh para olot dan warga kampong adatnya, juga akan dihadiri para akademisi, wiraswastawan,penyelenggara Negara dll.”masyarakat dan Negara biar tahu dan sadar, bahwa kita punya warisan budaya yang tak ternilai yaitu aneka kearifan local masyarakat adat. Merekalah akar budaya bangsa sebagai jamrud khatulistiwa. Tanpanya bangsa ini taka akan beararti” ujar Eka Santosa, Duta Sawala (Sekjen) BOTS.
Memaknai puncak acara 1 juni 2012 yang dikenal sebagai hari kelahiran pancasila, para Olot mengundang para tokoh nasional/daerah untuk mewacanakan secara komprehensip dan mandalam tentang makna pancasila saat ini dan mendatang. Temanya menukik, “Masihkah Pncasila Sakti – Pancasila Hilang NKRI bubar?”. Di luar dugaan tema ini mengundang antusias dari berbagi kalangan.”Kami sempat kewalahan dengan banyaknya peserta yang ingin menghadiri acara ini”. Kata Chernan Melandi , Ketua Panitia, Pinton Ajen Karancagean.
Helatan inipun melibatkan ribuan masyarakat Bandung dan sekitarnya. Selama festival juga di gelar lomba photo, menggambar dan mewarnai dari berbagai kalangan usia. “seumur-umur bsru sds scsrs sebesr ini di pasir impugn”. Papar Dusun 3 Tarya (48), dari kampong Sekebalingbing Desa Cikadut, kecamatan Cimenyan kabupaten Bandung. Tarya adalah representasi warga pasir impugn tempat alam santosa berada.
“Cikadut yang terkenal karena kuburannya sejak dulu, kini di imbangi kepopulerannya melalui Alam Santosa dan festif\val masyarakat adat yang di gelar BOTS kali ini”, tambah Tarya yang mengkoordinasi ribuan warga Pasir Impun dalam helatan.


Teater Terbuka
Pembuatan teater terbuka berkapasitas 300 penonton, adalah salah satu tonggak pelengkap kawasan Alam Santosa sebagai area Seni Budaya dan Konservasi Alam. Area Alam Santosa (4ha) dengan Bale Gede sebagai landmark disini yang dibangun dengan arsitektur Julang Ngapak oleh masyarakat adat khususnya dari kampong Sanaga,kini semakin kuat sebagi pusat seni dan budaya di Bandung Timur. “Semula tak terbayangkan akan dibangun dan terwujud seperti sekarang. Saya bukan arsitek, kebetulan teman saya dari masyarakat ada siap membantu mewujudkannya. Sekalian saja saya belajar kearifan local dari mereka”. Tambah Eka yang mulai menghutankan kembali daerah alam Santosa Sejak tahun 2000 lalu.
Kedepan Alam Santosa  menurut banyak pihak menjadi penanda baru di Bandung Timur dalam hal konservasi alam, pengembangan Kearifan lokal masyarakat adat, pusat seni dan budaya tradisional/kontenporer,dll. “Beberapa miniatur pondokan bergaya masyarakat adat akan pula di bangun disini”, tambah Eka sambil menunjuk hamparan hutan “buatan” yang memunculkan sumber air baru. Pada tahun 2000-an di area ini sering terjadi banana longsor, kekurangan air bersih,dan lahan kritis kini sebaliknya,sekitar 400 kk lebih terairi kebutuhan air bersihnya dari mata air Alam Santosa.
Dalam hal pemberdayaan masyarakat setempat (pasir impugn dsk-nya),keberadaan festival ini berdampak positif, kini tumbuh: kuliner berbasis daerah setempat,cipta karsa,seni budaya,dll.partisipasi langsung dari pendudukPasir impugn melalui pembengunan arena stand pameran, pembuatan teater terbuka,terjadi intens. “kami jadi tahu apa dan siapa masyarakat adat”, demikian kata pepen (32), warga Desa Cikadut yang berpartisipasi membangun saung pameran berama-sama dengan masyarakat adat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar