Tren Baru live streaming

live streaming dijamin lebih cepat tanpa buffering. 
Dari Server lokal 

Pesta sepak bola Piala Eropa 2012 tengah berlangsung di Polandia dan Ukraina. Letak kedua negara itu ribuan kilometer dari Indonesia.
Namun, berkat teknologi bernama televisi, para pencinta sepak bola di Tanah Air bisa menyaksikan laga 16 tim langsung persis seperti yang terjadi di sana.

Hampir empat dekade televisi menjadi satu-satunya perangkat yang memiliki kemampuan menyiarkan secara langsung beragam peristiwa. Namun kini, di era digital, televisi tak lagi memonopoli.

Fungsinya bisa digantikan oleh perangkat bergerak digital, dari telepon seluler pintar hingga komputer tablet.
Ya, berkat teknologi Internet, peristiwa apa pun di dunia kini bisa dilihat secara langsung di genggaman tangan, tak terkecuali di Indonesia.

Live streaming merupakan istilah transmisi siaran melalui Internet.
Hanya, teknologi ini boros dalam penggunaan bandwidth atau pita lebar.

Di Indonesia, menonton tayangan live streaming sering membuat hati jengkel.
Penyebabnya adalah belum didukung oleh kekuatan jaringan Internet yang cepat.

Untuk menyiasatinya, menurut ahli teknologi informasi Onno Widodo Purbo, carilah server lokal yang ada di Indonesia. Dengan begitu, pengguna Internet akan bisa menikmati tayangan streaming dengan cepat tanpa harus B5 mengalami buffering atau penundaan.
Akan lebih baik lagi, kata Onno, kalau layanan streaming itu punya banyak COVE relay di kota-kota besar yang menjadi pusat-pusat Internet di Indonesia Onno menambahkan, agar tayangan live streaming lebih bagus, kecepatan minimal yang diperlukan adalah hingga ITEMP 1 megabita per detik. “Segitu sudah cukup bagus buat menonton video di Internet. Sekarang tergantung jumlah pelanggannya. Kalau terlalu banyak, ya bisa overload,“ katanya. Semakin banyak pengguna yang membuka tayangan streaming, sudah pasti akan membeR bani jaringan Internet.

Onno mencontohkan, kecepatan 22,4 kilobita per detik sudah cukup untuk mengirim teks, sedangkan audio membutuhkan kecepatan 128 kilobita per O detik. “Sedangkan untuk streaming, butuh 500 Kbps sampai 1 Mbps. Apalagi ada yang sampai 4 Mbps, tentu saja ini membebani,“ katanya.

Karena itu, menurut Onno, tantangan utamanya adalah membuat server un tuk streaming lokal di Indonesia, termasuk relay di berbagai kota besar. Hanya, hal itu tidak murah. “Maklum, ongkos satu server bisa sampai Rp 500 juta,“ katanya.

Sejauh ini terdapat beberapa layanan televisi streaming yang sudah didukung dengan keberadaan server lokal, seperti Groovia dan Mivo. Groovia bahkan bisa memberi kecepatan hingga 4 Mbps.

Menurut Onno, menonton video dan siaran televisi di Internet memang sudah menjadi tren baru pengguna Internet di Indonesia. “Di Internet tersedia banyak pilihan dan bisa kita tonton kapan saja dan di mana saja, termasuk Piala Eropa 2012 ini.“

dikutip dari Tempo

Tidak ada komentar:

Posting Komentar